BBM rakyat kecil

Harga minyak dunia yang pada transaksi 6 Mei kemarin telah mencap[ai titik psikilogis US$ 120 per barel membuat pemerintah kian kelimpungan. Dalam APBN-P 2008, pemerintah mematok asumsi harga minyak US$ 95 per barel dan beban subsidi BBM sebesar Rp 122 triliun namun dengan kondisi harga minyak dunia saat ini, setiap kenaikan harga minyak sampai US$ 5 per barel beban subsidi bertambah bertambah Rp 4,2 triliun pada tingkat konsumsi dalam negeri 37 juta kiloliter.

Presiden OPEC, Chakib Khelil, pernah mengingatkan bahwa harga minyak dunia bisa saja menyentuh US$ 200 per barel pada akhir tahun. Dengan kondisi saat ini, kita haruslah realistis bahwa sulit untuk mempertahankan harga minyak dalam negeri. Kenaikan harga BBM memang perlu segera dilaksanakan demi menyelamatkan anggaran negara serta menjaga ketahanan ekonomi nasional. Naiknya harga BBM juga perlu dipahami sebagai upaya untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia.

Dalam UU APBN perubahan 2008 memang tersirat jika harga minyak rata-rata sudah diatas US$ 100 per barel, pemerintah diberi kewenangan menaikkan harga BBM. Pemerintah sebelumnya telah memastikan kenaikan harga BBM meski besaran dan waktu pelaksanaanya belum pula ditegaskan. Padahal kepastian akan naiknya harga BBM sangat dibutuhkan kalangan usaha untuk kepastian pengelolaan anggaran.

Keputusan menaikkan harga BBM sebenarnya merupakan keputusan yang sulit bagi pemerintah, apalagi menjelang pemilu 2009 sangatlah riskan untuk mengambil keputusan yang tidak populer. Haruskah Depkominfo kembali menggaet tokoh populer macam AA Gym untuk sosialisasi kenaikan harga BBM? pilihan untuk menaikkan harga BBM bagaimanapun juga memang tidak memihak pada rakyat kecil tapi keputusan ini mestilah tetap diambil untuk menghindar dari akibat ekonomi yang lebih hebat.

Keputusan menaikkan harga BBM pasti sudah tidak terhindarkan, marilah kita lebih fokus kepada bagaimana upaya meminimalisir dampaknya kepada rakyat kecil. Pengalihan Subsidi, yang jumlahnya sangat besar dan selama ini memang dirasa tidak tepat sasaran, haruslah benar-benar sampai pada rakyat kecil yang pasti sangat merasakan dampak kenaikan harga BBM.

Mekanisme pembayaran kompensasi BBM dengan Bantuan Langsung Tunai tidak perlu lagi diulang apalagi dengan tambahan embel-embel plus. Program ini selalu hanya menempatkan rakyat kecil pada posisi yang pasif dan peminta, jauh dari kesan memberdayakan.

Kenaikan harga BBm (dengan asumsi 30%) akan menghemat subsidi sebesar 35 triliun, jumlah yang cukup besar jika digunakan untuk membuka lapangan pekerjaan baru, memperbaiki sarana kesehatan dan akses rakyat miskin terhadap pendidikan.

9 Tanggapan to “BBM rakyat kecil”


  1. 1 edy Mei 8, 2008 pukul 4:02 pm

    emang sepertinya ga bisa dihindarin yak
    tinggal gimana sosialisasi pemerintah dan meminimalisir efeknya

  2. 2 petak Mei 9, 2008 pukul 10:49 am

    betul om,, sekarang pemerintah mesti fokus pada dampak kenaikan BBm buat rakyat kecil,,
    Masalahnya sekarang bagaimana subsidi BBM benar” tersalurkan tepat sasaran,,

  3. 3 infogue Mei 9, 2008 pukul 1:22 pm

    Artikel di blog Anda sangat menarik dan berguna sekali. Anda bisa lebih mempopulerkannya lagi di infoGue.com dan promosikan Artikel Anda menjadi topik yang terbaik bagi semua pembaca di seluruh Indonesia. Tersedia plugin / widget kirim artikel & vote yang ter-integrasi dengan instalasi mudah & singkat. Salam Blogger!

    http://ekonomi-indonesia-bisnis.infogue.com
    http://ekonomi-indonesia-bisnis.infogue.com/bbm_rakyat_kecil

  4. 4 Toni Mei 9, 2008 pukul 2:31 pm

    BBM naik lagi
    susu tak terbeli

  5. 5 nenyok Mei 12, 2008 pukul 10:36 am

    Salam
    BBM=bener-bener mabok 🙂
    Ya indonesia, lebih memilih penghematan yang lom tentu efektif dibanding dampak buruk jangka panjang bagi rakyat kecil, cape dweh.

  6. 6 rifqi Mei 15, 2008 pukul 7:07 pm

    BBM naik tambah pusing.
    Mbok sekali2 BBM turun.
    Oh ya, tolong buat temen2 yang mau kenalan, silahkan kunjungi saya di http://mochrifqi.wordpress.com. Tks.

  7. 7 dinasulaeman Mei 19, 2008 pukul 5:34 am

    Emang sih banyak yg bilg ‘tak terelakkan’. Tapi ada sebagian analis lain yg menilai bhw mencabut subsidi adalah cara termudah bg pemerintah yg malas repot2 mencari jln keluar lain yg lebih fundamental. Ada artikel bagus dari Farid Gaban yang menurut saya, sangat mencerahkan, dan memberi tahu kita bahwa kalimat “terpaksa dan tak ada pilihan selain menaikkan harga BBM” ternyata omong kosong.

    http://fgaban.blogspot.com/2005/04/pencabutan-subsidi-bbm-dan-kapitalisme.html

  8. 8 Noe Mei 28, 2008 pukul 8:01 am

    kalau saya sih, klo pemerintah mampu kasih subsidi, subsidi donk 200 juta rakyatnya..?ap gak mabok tuch.. selain naekin bbm, mbok yao lowongan kerja itu jg dinaekkan…:)

  9. 9 petak Mei 28, 2008 pukul 9:31 am

    @ tony : iya om, BBM naik barang barang juga ikut pada naik,

    @ nenyok : Saya juga tidak setuju dengan cara pemerintah yang lebih memilih BLT sebagai kompensasi naiknya BBM,

    @ rifqi : kalo minyak dunia naik BBM dalam negeri ikutan naik, kalo minyak dunia turun BBM ga ikut turun ya,?
    *sekarang minyak dunia bisa turun ga ya?*

    @ dinasulaeman : Satu hal yang lebih kita harapkan dari pemerintah dibanding dengan naiknya BBM, logika kejujuran pemerintah dalam mengambil kebijakan.

    @ Noe : ya itu lah bang, Pemerintah dengan limpahan dana subsidi yang besar seharusnya dipake buat memberdayakan masyarakat bukan melemahkan dengan BLT. Presiden semestinya ingat dengan ucapan mantan presiden amerika *saya lupa namanya*, “Jangan kuatkan yang lemah dengan melemahkan yang kuat” yang kasarnya sinonim dengan berikan kail bukan cuma satu ikan *teri lagi*.


Tinggalkan Balasan ke infogue Batalkan balasan